Minggu, 15 November 2015

Resensi Novel







1.      Identitas Buku
Judul Buku      : Sepatu Dahlan
Penulis             : Khrisna Pabichara
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, Mei 2012
Tebal               : 369 halaman
Panjang           : 21cm

2.      Kepengarangan
Sepatu Dahlan merupakan buku pertama dari trilogi yang ditulis oleh Khrisna Pabichara. Beliau adalah seorang penulis prosa dan sudah menghasilkan 13 buku. Meski demikian, beliau sangat serius dalam mengerjakan novel ini sampai-sampai mendatangi kota-kota yang pernah ditinggali Dahlan Iskan sebagai tokoh utamanya dalam novel ini.

3.      Tujuan Resensi (Tujuan Penulis)
Novel ini menggambarkan dengan cukup detai bagaimana masa kecil seorang Dahlan Iskan yang kini menduduki jabatan menteri BUMN di Indonesia. Semasa kecil, Dahlan Iskan hidup dalam kemiskinan dengan mimpi sederhananya yaitu “sepatu”. Sebuah mimpi yang sederhana, namun sulit untuk didapatkan karena keterbatasan ekonomi, untuk makan saja kesulitan. Namun demi “mimpi” kita memang harus berjuang.

4.      Tujuan Resensator (tujuan peresensi)
Novel ini merupakan novel yang menarik dan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan. Kisah tentang  perjuangan seorang anak miskin dalam menggapai mimpi sederhananya menyimpan banyak motivasi yang tersirat, terutama “kemiskinan bukanlah akhir dari segalanya.” membuat kita terus bersyukur akan segala yang telah diberi Tuhan dan tentang sikap pantang menyerah dalam menggapai mimpi.

5.      Sinopsis
Kisah ini berawal dari sebuah desa kecil di Magetan, Kebon Dalem. Sebuah kampung kecil diantara perkebunan tebu yang mayoritas penduduknya hidup kekurangan. Tidak ada listrik ataupun fasilitas lainnya. Saat malam datang rumah-rumah itu hanya berhias lampu teplok. Makanan keseharian mereka Hanyalah Tiwul, karena hanya itu yang mampu mereka beli. Mayoritas pekerjaan mereka adalah nyabit, nguli, dan ngangon, dan itu pula yang dilakukan oleh seorang anak laki-laki bernama Dahlan.
Meski keadaannya demikian tak menyurutkan niat Dahlan bersekolah di SR walau tanpa sepatu yang membuat kakinya lecet hingga melepuh terutama saat musim kemarau. Dan semakin melepuh saat Ia memasuki jenjang Tsanawiyah yang setara dengan SMP, karena jaraknya dua kali lipat dibanding ketika SR. Sejujurnya, Dahlan sangat ingin mempunyai sepatu, tapi jangankan untuk membeli sepatu, untuk makan pun terkadang tak ada.
Tak jarang Dahlan sarapan hanya dengan segelas teh. Begitu pula ayah dan adiknya, jika lapar sudah melilit perut mereka dan tak ada makanan sama sekali, mereka suka mengikatkan sarung di perutnya untuk menahan lapar.
Suatu ketika Ibunya Dahlan masuk rumah sakit. Saat itu benar-benar saat terberat bagi Dahlan, tak ada makanan di rumah, dan Zain terus meronta kelaparan. Dahlan mencoba mencuri tebu, dan sayangnya ketahuan oleh mandor Komar, Ia pun mendapat hukuman. Sejak saat itu Ia tak berani mencuri lagi.
Keadaan semakin berat saat Ibunya tak kunjung sembuh, hingga akhirnya meninggal. Semakin pupus sudah harapan Dahlan untuk memiliki sepasang sepatu. Tapi Ia tak menyerah, Ia masih memiliki Bapak. Bapak, laki-laki yang keras dan disiplin namun sangat Dahlan sayangi. Ia akhirnya berjuang keras demi Bapak, demi senyum yang tak pernah Bapak lontarkan lagi semenjak kematian Ibunya. Prestasi Dahlan di sekolahnya, yaitu Pesantren Takeran semakin meningkat, Ia menjadi kapten bola Voli di sekolahnya, dan Ia terpilih menjadi pengurus Ikatan Santri Pesantren Takeran, ini membuat Bapak bangga dan tersenyum.
Suatu ketika, diadakan pertandingan Voli se-Kabupaten Magelang. Dahlan berjuang keras agar timnya dapat menang. Latihan yang sangat melelahkan di sela-sela pekerjaan yang tak ada habisnya. Dan itu terbayar kontan dengan kemenangan Timnya. Semenjak itu Dahlan dipercaya sebagai pelatih Tim Voli anak-anak dari pegawai Pabrik Gula Gorang-Gareng. Dengan pekejaan ini hidup Dahlan mulai meningkat, Ia bisa dekat dengan gadis bermata indah, Aisha. Dan yang terpenting upah dari hasil melatih Voli yang Ia kumpulkan akhirnya dapat mewujudkan mimpi sederhananya “sepatu dan sepeda”.

6.      Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan buku ini terdapat pada gaya bahasanya yang sederhana, tidak bebelit-belit sehingga mudah dimengerti. Beberapa kutipan percakapan juga diselipi dengan kata-kata dari bahasa Jawa namun tidak menyulitkan pembaca dan tetap mudah dimengerti.
Kekurangan buku ini terdapat pada penggunaan alur. Penulis menggunakan alur maju di setiap babnya, namun alur antar bab tidak menentu (maju-mundur) ada yang tidak tidak berkesinambungan. Seperti pada bab kelima sampai bab ketujuh, yang berturut-turut berjudul “Berhenti Merawat Luka”, “Riwayat Sumur Tua”, dan “Senyum Ibu”. Bab kelima dan ketujuh menceritakan tentang keadaan keluarganya namun pada bab keenam menceritakan tentang sejarah yang tidak ada hubungannya sama sekali, hal ini bisa saja dapat membingungkan pembaca.

7.      Nilai Buku (Kesimpulan dan Saran)
Buku ini cocok untuk dibaca oleh kalangan remaja hingga orang tua. Isinya sederhana dan penuh motivasi. Motivasi untuk berjuang mewujudkan mimpi-mimpi walau di atas segala keterbatasan dan juga bersyukur pada Tuhan atas segala nikmat-Nya.

Senin, 09 November 2015

PENALARAN DEDUKTIF

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENALARAN DEDUKTIF






Nama Dosen         : Drs. Budi Santoso,MM




Disusun Oleh


Fadli Mardiansyah (23213054)
3EB22


Universitas Gunadarma

Fakultas Ekonomi
 
2015

 
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini bertema tentang “Penalaran Deduktif”.
Penulis berharap semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Mudah-mudahan makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca serta lebih mengetahui tentang penalaran induktif.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagi pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Prof E.S. Margianti,SE,MM, Rektor Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Ir. Toto Sugiharto, M.sc., Ph.D, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
3.    Bapak Drs. Budi santoso, MM, Dosen Pembimbing Penulisan Makalah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

            Penulis menyadari bahwa penulisan ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta komentar yang bersifat membangun dan menuju kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.



Bekasi, 9 November 2015



                                                                                                         Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 1
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 2
1.5. Metode Penulisan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Berfikir Deduktif............................................................................................... 3
2.2. Konsep Bernalar Dalam Karangan................................................................................. 4
2.3. Silogisme Kategorial....................................................................................................... 5
2.4. Silogisme Hipotesis......................................................................................................... 5
2.5. Silogisme Alternatif........................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis.

1.2.  Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana cara berfikir deduktif ?
2.      Apa yang dimaksud dengan penalaran dalam karangan ?

1.3.  Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan penulisan ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Mampu memahami dan menjelaskan cara berfikir deduktif
2.      Mampu memahami hakikat dan maksud penalaran dalam karangan

1.4.  Manfaat Penulisan
Dalam pembuatan penulisan ini mempunyai manfaat penulisan sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui cara berfikir deduktif
2.      Dapat mengetahui hakikat dan maksud penalaran dalam karangan

1.5.  Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini, sangat sederhana. Penulis mengumpulkan informasi dengan cara menelaah data dari media internet. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Berfikir Deduktif
Berpikir adalah berbicara dengan diri sendiri mempertimbangkan, menganalisa dan membuktikan, bertanya mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi. Orang yang berbahagia dan tenteram hidupnya ialah orang yang memikirkan setiap langkahnya secara akal sehat dan tepat.
Beberapa ahli menyebut cara berpikir dengan istilah top-down (pendekatan induktif) dan bottom-up (pendekatan deduktif). Kedua cara berpikir tersebut diimplementasikan dalam pengembangan ilmu yang berbeda. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian deduktif :
1.      Menurut Jujun S Suriasumantri
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
2.      Menurut Wikipedia
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
3.      Menurut Santoso
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
    Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian deduktif adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

2.2. Konsep Bernalar Dalam Karangan
   Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan. (3) Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare. (4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi, Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.

2.3. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat) dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek) yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
Semua tumbuhan membutuhkan air (Premis Mayor / Premis Umum).
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan).

2.4. Silogisme Hipotesis
            Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Contoh :
Jika hujan saya naik becak (mayor).
Sekarang hujan (minor).
Saya naik becak (konklusi).

2.5. Silogisme Alternatif
            Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
 
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.
 
DAFTAR PUSTAKA